Membangkitan Kembali Saudagar (Nahdlatuttujjar)

Rabu, 14 Juli 2010

GUS DUR Dan Inklusifisasi dan Humanisasi Pesantren


Salah satu pendidikan tertua bercirikhas, unik, serta memiliki akar tradisi khalistik -ke Indonesiaan- adalah pesantren. Kemampuannya dalam menjaga nilai primordial secara swadaya, membuat lembaga ini menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan memposisikan diri sebagai aktor penting terhadap penyebaran nilai-nilai ke Islaman dalam pranata social dimasyarakat. Maka tidak mengherankan kalau kemudian pesantren dianggap sebagai lembaga yang tertutup dan kebal terhadap perkembangan zaman, nah ditengah anggapan tersebut muncul sosok fenomenal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berupaya untuk menamnpilkan wajah pesantren yang lebih Inklusif dan humanis, sebuah paradigma yang secara historis merupakan watak dasar keilmuan pesantren namun terpendam selama berabad-abad.


Yang menjadi fokus kajian dalam buku ini adalah: Bagaimana mendialogkan pemikiran Abdurrahman Wahid terkait pandangannya tentang pesoalan pesantren pada saat pesantren masih menutup diri terhadap perubahan yang itu terakumulasikan dalam buku “Menggerakkan tradisi; esai-esai pesantren” yang ia tulis berkisar di era tahun 1970-an hingga akhir tahun 1980-an dengan pemikiran Gus Dur yang hari ini dianggap controversial karena sarat kritik terhadap kemapanan, menjunjung tinggi kebebasan berfikir dan berpendapat (liberasi pemikiran) dan pembelannya terhadap masyarakat non muslim yang membuat Gus Dur oleh beberapa kelompok gerakan islam tertentu dianggap penganut faham liberal dan keluar dari Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar